Minggu, 30 April 2017

Makin Tua

Aku membuka surat-surat lama dan kepingan kenangan, di mana mimpi masih dibebaskan untuk tinggi dan tak terjangkau, di mana tangis masih berumur hari bukan bulan atau tahun, di mana rasa masih berlimpah, siap disebarkan.

Lalu aku pandangi cermin, kembali ke masa kini. Merapi di mana-mana. Lingkungan hitam yang makin lama makin presisi di sekitar bola mata. Dahi yang bergaris karena terlalu sering dibuat sengsara. Mata makin meredup, sinarnya diselimuti beban hidup, pekat seperti katarak.

Ternyata makin tua aku makin merana. Hanya berpikir dan mengkalkulasi. Sementara luka makin nyata, angan makin jauh dari realita, dan lelah rasa makin lama menyublim jadi lelah jiwa.

Mereka bilang, sakit ada sebagai nikmat agar manusia tau rasanya bahagia. Namun, makin tua aku makin takut tak bisa merasa.

Hampa lalu mati cuma-cuma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar